Kliring (dari bahasa Inggris clearing) sebagai suatu
istilah dalam dunia perbankan dan keuangan menunjukkan suatu aktivitas
yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi
hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring sangat
dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat
daripada waktu yang dibutuhkan guna melengkapi pelaksanaan aset
transaksi. Kliring melibatkan manajemen dari paska perdagangan, pra
penyelesaian eksposur kredit, guna memastikan bahwa transaksi dagang
terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun pembeli maupun
penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya.
Proses kliring adalah termasuk pelaporan / pemantauan, marjin risiko,
netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan perpajakan
dan penanganan kegagalan.
Saat ini di Indonesia terdapat 105 penyelenggara kliring lokal, baik
yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia maupun pihak lain yang ditunjuk
oleh Bank Indonesia. Transaksi yang dapat diproses melalui sistem
kliring meliputi transfer debet dan transfer kredit yang disertai dengan
pertukaran fisik warkat, baik warkat debet (cek, bilyet giro, nota
debet dan lain-lain) maupun warkat kredit. Khusus untuk transfer kredit,
nilai transaksi yang dapat diproses melalui kliring dibatasi di bawah
Rp100.000.000,00 sedangkan untuk nilai transaksi Rp100.000.000,00 ke
atas harus dilakukan melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (Sistem BIRTGS).
Dalam melaksanakan kegiatan kliring tersebut, digunakan 4 (empat) jenis sistem
yang berbeda yaitu :
a. Sistem Kliring Elektronik atau dikenal dengan SKEJ, digunakan di Jakarta;
b. Sistem Kliring Otomasi, digunakan di Surabaya, Medan dan Bandung;
c. Sistem Semi Otomasi Kliring Lokal atau dikenal dengan SOKL, digunakan
di 33 wilayah kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan 37
wilayah kliring lainnya yang diselenggarakan oleh pihak lain yang
ditunjuk oleh Bank Indonesia
d. Sistem Manual (di 31 penyelenggara Non-BI).
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan diterapkannya SKNBI pada penyelenggaraan kliring di Indonesia
adalah untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran ritel serta
memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring.
Adapun manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya SKNBI adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Bank Indonesia
a. Efisiensi waktu dan biaya, khususnya dalam hal :
1) operasional kliring dengan ditiadakannya fisik warkat kredit;
2) maintenance aplikasi kliring dengan digunakannya sistem yang
terintegrasi di seluruh wilayah kliring.
b. Tersedianya jangkauan transfer antar bank melalui kliring yang lebih luas
dengan diakomodirnya kliring antar wilayah untuk transfer kredit.
c. Memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring
yang bersifat multilateral netting sesuai dengan Core Principles yang
dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS).
2. Bagi Bank
TUJUAN DAN MANFAAT
a. Efisiensi biaya operasional bank dalam pencetakan dan proses administrasi
warkat kredit.
b. Semakin luasnya jangkauan layanan bank kepada nasabah.
PEMINDAHAN DANA ELEKTRONIK
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di perbankan nasional
relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Berbagai jenis
teknologinya diantaranya meliputi Automated Teller Machine, Banking Application System, Real Time Gross Settlement System, Sistem Kliring Elektronik, dan internet banking.
Bank Indonesia sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi
Sistem Informasi (TSI) Perbankan untuk semua terapan teknologi informasi
dan komunikasi dalam layanan perbankan. Istilah lain yang lebih populer
adalah Electronic Banking.
Electronic banking mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang
berkembang pesat. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan
di “garis depan” atau front end, seperti ATM dan komputerisiasi (sistem)
Perbankan, dan beberapa kelompok lainnya bersifat “back end”, yaitu
teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, merchant, atau
penyedia jasa transaksi, misalnya electronic check conversion.
Selain itu, beberapa jenis E-banking terkait langsung dengan rekening
bank. Jenis E-Banking yang tidak terkait rekening bias any berbentuk
nilai moneter yang tersimpan dalam basis data atau dalam sebuah kartu
(chip dalam smart card). Dengan semakin berkembangnya teknologi dan
kompleksitas transaksi, berbagai jenis E-bankinf semakin sulit dibedakan
karena fungsi dan fiturnya semakin terintegrasi atau mengalami
konvergensi. Sebagai contoh, sebuah kartu plastik mungkin memiliki
“magnetic strip”- yang bisa mengkaitkan dengan rekening bank, dan juga
memiliki nilai moneter yang tersimpan dalam sebuah chip. Kadang kedua
jenis kartu tersebut disebut “debit card” oleh merchant atau vendor.
Beberapa gambaran umum mengenai jenis-jenis teknologi E-Banking dapat
dilihat di bawah ini:
Automated teller machine (ATM). Terminal
elektronik yang idsediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya yang
membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening
simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo, atau pemindahan dana.
Computer banking. Layanan bank yang bisa
diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat pusat data bank,
untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar
tagihan, dan lain-lain.
Debit (or check) card. Akrtu yang
digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang memungkinkan
pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari rekening
banknya.
Direct deposit. Salah satu bentuk
pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya pemberi kerja atau
instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau
pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap
rekening nasabah.
Direct payment (also electronic bill payment).
Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar
tagihan melalui transfer dana elektronik. Dana tersebut secara
elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor. Direct
payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal ini, nasabah harus
menginisiasi setiap transaksi direct payment.
Electronic bill presentment and payment (EBPP).
Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke
nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui email atau
catatan dalam rekening bank. Setelah penyampaian tagihan tersebut,
pelanggan boleh membayar taguhan tersebut secara online juga jika
berkenan. Pembayaran tersebut secara elektronik akan mengurangi saldo
simpanan pelanggan tersebut.
Electronic check conversion. Proses
konversi informasi yang tertuang dalam cek (number rekening, jumlah
transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan
pemindahan dana elektronik.
Electronic fund transfer (EFT). Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik..
Payroll card. Salah satu tipe “stored-value
card” yang diterbitkan pemberi kerja sebagai pengganti cek yang
memungkinkan pegawainya mengakses pembayaraannya pada terminal ATM atau
Point of Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke
kartu tersebut secara elektronik.
Preauthorized debit (or automatic bill payment). Bentuk
pembuayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran
rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada tanggal-tangal
tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu (misalnya
pembayaran listrik, tagihan telpon, dll). Dana secara elektronik
ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening kreditor (misalnya PLN
atau PT Telkom).
Prepaid card. Salah satu tipe Stored-value
card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan
sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu.
Smart card. Salah satu tipe stored-value
card yang didalamnya tertanam satu atau lebih chips atau microprocessors
sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau melakukan
proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian,
verifikasi saldo rekening, dan menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa
digunakan pada system terbuka (misalnya untuk pembayaran transportasi
public) atau system tertutup (misalnya MasterCard atau Visa networks).
Stored-value card. Kartu yang di dalamnya
tersimpan sejumlah nilai moneter, melalui pembayaran sebelumnya oleh
pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau
perusahaan lain. Untuk single-purpose stored value card, penerbit
(issuer) dan penerima (acceptor) kartu adalah perusahaan yang sama dan
dana pada kartu tersebut menunjukkan pembayaran di muka untuk penggunaan
barang dan jasa tertentu (misalnya kartu telpon). Limited-purpose card
secara umum digunakan secara terbatas pada terminal POS yang
teridentifikasi sebelumnya di lokasi-lokasi tertentu (misalnya vending
machines di sekolah-sekolah). Sedangkan multi-purpose card dapat
digunakan pada beberapa penyedia jasa dengan kisaran yang lebih luas,
misalnya kartu dengan logo MasterCard, Visa, atau logo lainnya dalam
jaringan antar bank
SUMBER :
http://www.bi.go.id
http://kjksmadani.wordpress.com/2009/02/03/jenis-jenis-teknologi-e-banking/
http://ivaninternisti.wordpress.com/2011/05/31/sistem-kliring-nasional-bank-indonesia/
menjadi pribadi yg lebih baik
Senin, 03 Juni 2013
Jasa jasa Bank "TRANSFER"
Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank
untuk memindahkan sejumlah dana tertentu sesuai dengan perintah si pemberi
amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima
transfer. Baik transfer uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya
hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang
mendebet cabang lain mengkredit.
Merupakan jasa pengiriman uang lewat bank.
Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank yang sama Pengiriman uang juga dapat
atau bank yang berlainan. dilakukan
derigan tujuan dalam kota, luar kota atau luar negeri. Khusus untuk pengiriman
uang keluar negeri harus melalui bank devisa. Kepada nasabah pengirim dikenakan
biaya kirim yang besarnya tergantung dari bank yang bersangkutan.
Pertimbangannya adalah nasabah bank yang bersangkutan (memiliki rekening di bank yang bersangkutan) atau
bukan. Kemudian juga jarak pengiriman antar bank tersebut.
1. TRANSFER KELUAR
Salah satu jenis pengiriman uang yang dapat
menyederhanakan lalu lintas pembayaran adalah dengan pengiriman uang keluar.
Media untuk melakukan transfer ini adalah secara tertulis ataupun melalui
kawat.
Pembatalan Transfer keluar :
Bila terjadi pembatalan transfer, haruslah
diperhatikan bahwa pembatalan tersebut hanya dapat dilakukan bila transfer
keluar belum dibayarkan kepada si penerima uang dan untuk itu bank pemberi
amanat harus memberi perintah berupa “stop payment” kepada cabang pembayaran.
Pembayaran pembatalan ini baru dapat dilakukan oleh bank pemberi amanat kepada
nasabah pemberi amanat hanya apabila telah diterima berita konfirmasi dari bank
pembayar bahwa memang transfer dimaksud belum dibayarkan.
2. TRANSFER MASUK
Transfer masuk, dimana bank menerima amanat
dari salah satu cabang untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang
beneficiary. Dalam hal ini bank pembayar akan membukukan hasil transfer kepada
rekening nasabah beneficiary bila ia memiliki rekening di bank pembayar. Transfer
masuk tidak dikenakan lagi komisi karena si nasabah pemberi amanat telah dibebankan
sejumlah komisi pada saat memberikan amanat transfer.
Pembatalan Transfer Masuk :
Jika terjadi pembatalan, pertama – tama
yang harus dilakukan adalah memeriksa apakah hasil transfer telah dibayarkan
kepada beneficiary. Bila ternyata belum, akan diblokir dan dibatalkan untuk
kemudian dikembalikan kepada cabang pemberi amanat melalui pemindahbukuan.
Manfaat Transfer :
1. Kelancaran transaksi perdagangan
2. Kemudahan transaksi pembayaran
3. Keamanan nasabah lebih terjamin
Proses Transfer
Melalui Jasa Kliring :
1. RTGS (Real Time Gross Settlement)
2. RTGS (Real Time Gross Settlement)merupakan
pengiriman uang antar bank diseluruh indonesia secara online.
3. SWIFT (Standard for World Wide
International Finance Transfer)
4. SWIFT (Standard for World Wide
International Finance Transfer) merupakan pengiriman uang ke bank diluar negeri
secara online.
Jenis-jenis transfer:
a. Berdasarkan mekanisme pelaksanaannya:
-
transfer melalui Bank Indonesia
-
transfer melalui Bank Lain
-
transfer melalui cabang Bank sendiri
b. Berdasarkan kepentingan pihak pemakai jasa:
-
transfer untuk kepentingan debitur
-
transfer untuk kepentingan non debitur
-
transfer untuk kepentingan bagian-bagian dalam Bank itu sendiri
c.
Berdasarkan setoran dananya:
-
Debet
rekening Giro/Tabungan/Deposito
-
Kas/tunai
-
Setoran
Kliring
-
Hasil
Inkaso
d.
Berdasarkan media pelaksanaan transfer:
-
Dibawa
sendiri/setor langsung
-
Melalui
teleks/faksimile
-
Melalui
ATM
e.
Berdasarkan lalu-lintas dana:
-
Transfer
keluar (Outgoing transfer)
-
Transfer
masuk ( Incoming transfer)
Dalam mekanisme transfer ada 4 pihak yang
terlibat, yaitu:
- Nasabah
adalah sebagai pihak pemilik/pengirim yang
memberi amanah kepada Bank untuk memindahkandananya ke pihak penerima.
- Bank Penarik (Drawer Bank)
adalah bank pelaku transfrer yang menerima
dana dan amanat dari nasabah untuk ditransfer kepihak Bank Tertarik (Drawee)
yang pada akhirnya Bank Tertarik akan meyerahkan kepada penerima dana akhir.
- Bank Tertarik (Drawee Bank)
adalah Bank yang menerima transfer masuk
dari Bank Penarik untuk diteruskan kepadapenerima dana akhir.
- Penerima Dana (Beneficiary)
Sumber :
Selasa, 16 April 2013
pengertian E-banking, SMS banking dan M-banking
E-banking adalah salah satu sektor yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi adalah perbankan, penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi di sektor perbankan nasional relatif lebih maju
dibandingkan sektor lainnya. Perbankan elektronik mencakup wilayah yang
luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Beberapa
diantaranya terkait dengan layanan perbankan di “garis depan”, seperti
ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa kelompok lainnya
bersifat “garis belakang”, yaitu teknologi-teknologi yang digunakan
oleh lembaga keuangan, ‘merchant, atau penyedia jasa transaksi..
contoh layanan E banking :
Arti istilah Mobile Banking dianggap berkaitan erat dengan pengertian berikut atau disingkat dengan M-Banking. Fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone. Dengan penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang cash.
contoh layanan M banking :
Arti istilah SMS Banking merupakan layanan yang disediakan Bank
menggunakan sarana SMS untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan
informasi keuangan , misalnya cek saldo, mutasi rekening dan
sebagainya.
contoh layanan sms banking :
contoh layanan E banking :
- Anjungan Tunai Mandiri (Automated Teller Machine)
- Sistem Aplikasi Perbankan (Banking Application System)
- Sistem Penyelesaian Bruto Waktu-Nyata (Real-Time Gross Settlement System)
- Perbankan Daring (Internet Banking)
- Sistem Kliring Elektronik
Arti istilah Mobile Banking dianggap berkaitan erat dengan pengertian berikut atau disingkat dengan M-Banking. Fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone. Dengan penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang cash.
contoh layanan M banking :
- Transfer dana
- Informasi saldo, mutasi rekening, Informasi nilai tukar
- Pembayaran (kartu kredit, PLN, telepon, handphone, listrik, asuransi)
- Pembelian (pulsa isi ulang, saham)
contoh layanan sms banking :
- Transfer Uang/Dana
- Cek Saldo Rekening Tabungan
- Informasi Tagihan, Transaksi
- Pembayaran atas Pembelian
- Ganti PIN, dan lain lain
Jumat, 22 Maret 2013
Jenis Aplikasi sistem informasi yang diterapkan pada organisasi Perbankan (BCA)
Di
tengah persaingan industri perbankan yang semakin ketat, BCA Sebagai
bank transaksional terus menerus memperluas ragam produknya dengan
menawarkan rangkaian jasa yang sangat beragam untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan spesifik para nasabahnya. Adapun produk dan jasa dari BCA antara lain:
Jenis
|
Nama Produk dan Jasa
|
Simpanan
Kartu Kredit
Fasilitas Elektronik
Jasa-jasa Perbankan
Kredit
Fasilitas Ekspor-Impor
Jaminan Bank
Fasilitas mata uang asing
|
Rekening Tahapan, Rekening Tapres, Rekening Giro, Deposito Berjangka, dan Sertifikat Deposito
BCA Card, BCA Master Card, BCA Visa, BCA JCB
ATM BCA, Debit BCA, Tunai BCA, KlikBCA Internet banking, m-BCA mobile banking, BCA Link, Call Center
Safe Deposit Box (SDB), pengiriman uang, travelers cheques, inkaso dan kliring, mata uang asing
KPR, KKB, Kredit Modal Kerja, Kredit Sindikasi, Kredit Ekspor, Trust receipt, Kredit Invetasi
LC, negosiasi, diskonto, documentary collections, bankers acceptance
Bid bond, payment bond, advance payment bond, performance bond, and Import Duty Exemption and Refund Center
Fasilitas mata uang asing
|
Sumber : www.klikbca.com
Permasalahan
Banyaknya
kantor cabang dan beragamnya produk BCA tentu membutuhkan sistem
pengelolaan dan pengawasan yang baik agar tidak terjadi penyimpangan
dalam menjalankan bisnis. Banyaknya kantor cabang tersebut dapat
mempersulit BCA untuk mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan.
Demikian halnya dengan masalah perkembangan produk yang ada dalam tiap
kantor cabangnya. Padahal untuk bersaing dalam persaingan yang sangat
ketat saat ini, perusahaan perlu mengetahui kondisi internal
perusahaannya sehingga perusahaan dapat mengetahui posisi mereka dalam
pasar yang pada akhirnya akan mempermudah perusahaan dalam pengambilan
langkah selanjutnya . Salah satu cara yang diambil BCA untuk mengatasi
masalah tersebut diatas adalah dengan melakukan investasi di bidang teknologi informasi dimana BCA memutuskan untuk menggunakan Enterprise Resource Planning (ERP) yang merupakan sebuah sistem yang dapat mengintegrasikan semua departemen dan kantor cabang yang dimiliki oleh perusahaan.
Kegiatan pengembangan Teknologi Informasi BCA difokuskan pada aktivitas pembaharuan sistem komunikasi data untuk mendukung ekspansi jaringan ATM, modernisasi sistem aplikasi front-end untuk menunjang integrasi layanan, serta pengembangan Disaster Recovery Center untuk memastikan kelangsungan dukungan TI.
1. Pembaharuan Sistem Aplikasi Front-end
Untuk
mendukung upaya Bank dalam memberikan layanan terintegrasi bagi
nasabah, BCA
melakukan pembaharuan program pada sistem aplikasi
front-end. Dengan
adanya program ini, BCA berusaha memahami kebutuhan dari
setiap
nasabahnya, sehingga mampu menyediakan produk dan layanan yang
terbaik.
Seluruh rancangan sistem aplikasi tersebut telah selesai dikembangkan
dan
selanjutnya akan diterapkan diawali dari sistem aplikasi untuk Customer
Service
Officer (CSO).
2. Menunjang Pengembangan Bisnis
Penyaluran Kredit
Untuk
mendukung aktivitas pengembangan bisnis penyaluran kredit, BCA telah
menyelesaikan
pengembangan Business Credit Origination System (BCOS) dan Consumer Credit
Origination System (CCOS). Sistem aplikasi kredit ini
digunakan
untuk mendukung standardisasi dan percepatan evaluasi kredit
komersial
dan konsumer, serta proses persetujuan dan pengawasan. Dengan
kapasitas
proses aplikasi kredit yang lebih besar, BCA berusaha menyalurkan
kredit
kepada lebih banyak konsumen bisnis dan individu.
3. Pembaharuan Sistem Komunikasi Data
Saat ini BCA
sedang dalam tahap memperbaharui Sistem Komunikasi Data,
yaitu sistem
penunjang untuk koneksi online ke dalam sistem database BCA yang memungkinkan
nasabah untuk melakukan transaksi perbankan kapanpun dan dimanapun. Pembaharuan sistem ini
bertujuan untuk mengganti sistem komunikasi VSAT (satelit) dengan sistem yang
lebih cepat dan andal, yaitu sistem komunikasi fiber-optic
. Tahap
disain sistem dan perencanaan implementasi proyek ini telah selesai pada tahun
ini, sedangkan instalasi sistem mulai dilakukan pada tahun 2006.
4. Membangun Pusat Data Baru
BCA
melakukan program Pengembangan Pusat Data (Data Center) untuk
meningkatkan
kualitas penyediaan layanan kepada para nasabah. Melalui
program ini,
BCA akan membangun Pusat Data baru. Sementara itu sebuah
Disaster
Recovery Center di lokasi yang terpisah juga akan dibangun untuk
keperluan back-up
basis data dan operasional Bank. Pada tahun 2006 BCA
akan
memfokuskan pada program pengembangan rancangan sistem secara
keseluruhan
yang diharapkan selesai pada akhir tahun 2006. Selanjutnya, akan
diikuti
dengan proses pengembangan engineering design, pengadaan serta konstruksi, dan
diharapkan dapat di mulai tahun 2007.
Investasi Informasi Teknologi
Bank Central Asia (BCA) nampaknya
telah menyadari bahwa bank yang memiliki 795 kantor cabang, 7,9 juta
rekening, dan sekitar 15000 karyawan tidak mungkin beroperasi tanpa
adanya dukungan dari sistem teknologi informasi.
BCA sangat meyakini bahwa investasi teknologi akan dapat membantu
mereka dalam memperbaiki proses bisnis yang ada dalam perusahaan
sehingga investasi di bidang teknologi informasi yang telah menghabiskan
biaya yang sangat mahal bahkan bisa mencapai jutaan dollar tidak akan
menjadi suatu masalah bagi perusahaan karena mereka yakin bahwa
penggunaan teknologi informasi yang tepat akan dapat meningkatkan profit
perusahaan di masa mendatang.
Investasi di bidang teknologi informasi yang sangat mempengaruhi proses bisnis BCA menjadi perusahaan yang lebih menguntungkan adalah investasi dalam Enterprise Resource Planning (ERP). Hal
ini dikarenakan penggunaan sistem ERP dapat menurunkan biaya
operasional dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Di samping
menurunnya biaya operasional dan meningkatnya produktivitas perusahaan,
investasi sistem yang terintegrasi ini juga memudahkan BCA dalam melihat
kondisi internal perusahaan dan dalam melakukan pengendalian terhadap
kantor-kantor cabang BCA yang telah tersebar di seluruh Indonesia bahkan
BCA telah mempunyai perwakilan di luar negeri
Dengan terintegrasinya kantor-kantor cabang dan departemen-departemen yang ada membuat kontrol
terhadap kantor cabang baik secara manajemen maupun operasional menjadi
lebih mudah dengan adanya teknologi informasi. Hal ini dikarenakan
sistem dari teknologi informasi tersebut telah dapat mengintegrasikan
data-data dari seluruh kantor cabang yang dimiliki perusahaan. Dengan
sistem yang terintegrasi perusahaan juga dapat melakukan pengendalian
terhadap perusahaan apabila mendapatkan informasi yang melenceng dari
yang telah ditentukan. Di samping itu terintegrasinya data-data dari kantor-kantor cabang dan departemen yang ada dalam perusahaan membuat
perusahaan dapat mengetahui kondisi perusahaannya setiap saat, hal ini
dikarenakan data-data yang ada dalam sistem ERP tersebut online dan selalu up to date
sehingga dari data yang selalu diperbaharui tersebut perusahaan akan
dapat mengetahui aktivitas dan perkembangan sehari-hari dari berbagai
kantor cabang yang dimiliki perusahaan.
ERP
telah mengintegrasikan data-data yang ada dalam perusahaan secara
akurat dan tersimpan dari tahun ke tahun, kondisi ini menjadikan
perusahaan mempunyai data history yang akan sangat bermanfaat dalam melakukan forecasting untuk
mengetahui perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini
tentu dapat mempermudah perusahaan dalam menentukan perencanaan
strategi. Jadi, investasi
di bidang teknologi informasi ini diharapkan dapat mendukung bisnis
perbankan dalam melakukan perencanaan strategi dan kontrol kepada kantor
cabang mereka yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
Bank Central Asia (BCA) telah menyadari bahwa pemanfaatan
teknologi informasi pada industri perbankan dengan kantor cabang dan
nasabah dalam jumlah yang cukup banyak menjadi suatu kebutuhan mutlak.
BCA merupakan perbankan swasta nasional yang paling serius dibandingkan
dengan bank-bank nasional lain dalam melakukan investasi di bidang
teknologi informasi. Investasi di bidang teknologi informasi ini
dimaksudkan agar terjadi keakurasian, kecepatan, mutu layanan, serta
keamanan yang menjadi sisi paling penting yang harus secara cermat
dikelola. BCA nampaknya sudah mulai menyadari bahwa teknologi akan dapat
membantu mereka dalam memperbaiki proses bisnis yang ada dalam
perusahaan sehingga investasi yang cukup besar di bidang teknologi
informasi tidak akan menjadi suatu masalah bagi perusahaan karena mereka
yakin bahwa penggunaan teknologi informasi yang tepat akan dapat
meningkatkan profit perusahaan di masa mendatang.
Untuk
melakukan investasi awal di dibidang teknologi informasi, Bank Central
Asia (BCA) harus mengeluarkan biaya investasi dalam jumlah yang cukup
besar bahkan sampai jutaan dollar. Pada saat ini dimana sistem teknologi
informasi telah bekerja sesuai prosedur, Bank Central Asia (BCA) setiap
tahunnya harus mengeluarkan biaya sebesar US$ 40-50 juta dimana dana
yang sangat besar tersebut digunakan untuk belanja TI (modem, computer,
writer, PC, dsb) sebesar US$ 20-25 juta, angka ini belum terhitung untuk
belanja mesin ATM, biaya telekomunikasi, membayar hak pakai software dan maintenance fee
yang tiap tahun menghabiskan US$ 15-20 juta (Sudarmadi/Abraham Susanto,
Majalah Swasembada No 24 tahun 2004). Investasi BCA dalam bidang
teknologi informasi sangat dipengaruhi perkembangan nilai tukar rupiah
dalam dollar, hal ini dikarenakan vendor dari sistem yang digunakan BCA
merupakan vendor asing sehingga dalam penetapan pembayaran hak pakai
atas software dan maintenance fee harus
menggunakan kurs dollar sehingga apabila nilai tukar rupiah terhadap
dollar melemah maka BCA harus membayar biaya hak pakai atas software dan maintenance fee dalam jumlah yang relative lebih besar dibandingkan apabila nilai tukar rupiah terhadap dollar relative stabil.
Biaya
yang dikeluarkan BCA untuk melakukan investasi di bidang teknologi
informasi tidak hanya tersebut di atas, tetapi BCA harus mempersiapkan
para end user yang nantinya akan menggunakan sistem teknologi tersebut. Persiapan end user
tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit hal ini dikarenakan
perusahaan harus melakukan pelatihan yang konsisten yang disesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan. Tidak hanya itu perusahaan juga harus
mengeluarkan dana untuk menggaji karyawan dalam melakukan monitoring
hasil dari pelatihan yang telah diberikan perusahaan terhadap para
karyawannya.
Keputusan
perusahaan untuk melakukan investasi dibidang teknologi informasi
tampaknya telah disadari oleh manajemen BCA untuk dapat bersaing dalam
industri perbankan lainnya. Hal ini dikarenakan dalam persaingan yang
sangat ketat ini perusahaan harus mempunyai competitive advantage yang
dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Di samping itu
jumlah kantor cabang dan nasabah yang terus mengalami peningkatan akan
mempersulit BCA dalam melakukan kontrol terhadap kelangsungan bisnisnya
apabila tidak menggunakan teknologi.
Bank
Central Asia (BCA) telah sukses dalam implementasikan ERP yang
merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Sebagai dampak dari kesuksesan
implementasi ERP tersebut BCA telah mendapatkan banyak keuntungan yang
dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan.
Sebagai
indikasi dari banyaknya keuntungan yang didapat dari investasi di
bidang teknologi informasi adalah semua transaksi yang dulu dilayani
oleh teller sekarang bisa melalui fasilitas elektronik.
Secara kuantitatif jumlah pelanggan produk berbasis teknologi informasi
di BCA mengalami peningkatan hal ini dikarenakan pada saat ini
perkembangan internet di masyarakat terus mengalami peningkatan sehingga
fasilitas teknologi informasi yang disediakan BCA untuk para nasabahnya
melalui pemberian layanan internet banking tampaknya membuat konsumen merasa nyaman dalam melakukan transaksi. Demikian halnya dengan produk mobile banking BCA, pelanggan dari produk ini terus mengalami peningkatan seiring perkembangan industri hand phone di Indonesia.
Investasi
di bidang teknologi informasi ini juga dapat meningkatkan produktivitas
perusahan dimana pada tahun 1999 jumlah pegawai BCA sebanyak 23 ribu
orang, sementara pada saat ini pegawai BCA hanya sebanyak 21 ribu orang
padahal jumlah transaksi yang ada di BCA mengalami peningkatan sebesar
tiga kali lipat dari transaksi-transaksi sebelumnya dimana pada saat ini
Bank Central Asia (BCA) melayani transksi sebanyak 3,5 juta transaksi
per hari (Sudarmadi/Abraham Susanto, Majalah Swasembada No 24 tahun
2004).
Penerapan
teknologi informasi yang tepat tentu akan memberi nilai tambah bagi
perusahaan demikian halnya dengan Bank Central Asia (BCA). Penerapan
sistem ERP telah berhasil mengintegrasikan semua kantor cabang dan semua
departemen yang ada dalam perusahaan. Kondisi ini menyebabkan
perusahaan akan dapat mengetahui secara akurat dan tepat mengenai proses
yang sedang terjadi dalam perusahaan dan perlu waktu berapa lama lagi apabila
proses tersebut belum selesai. Kondisi ini menjadikan proses yang ada
dalam perusahaan menjadi lebih transparan sehingga perusahaan dapat
memelihara tingkat kualitas pelayanan yang diberikan kepada para
pelanggannya dengan jelas. Dengan pengintegrasian data menjadikan
data-data dari kantor cabang dan departemen-departemen yang ada menjadi
lebih transparan yang nantinya akan mempermudah perusahaan untuk
mengetahui kondisi internal perusahaan secara keseluruhan yang
selanjutnya akan mempermudah perusahaan dalam melakukan pengendalian
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terlebih pada saat ini
kondisi perekonomian Indonesia masih belum stabil. Di samping
mempermudah perusahaan dalam melakukan pengendalian, investasi di bidang
teknologi informasi ini juga dapat memberikan kemudahan kepada
perusahaan dalam melakukan forecasting karena adanya data history dalam
sistem tersebut dengan demikian perusahaan akan dapat mengetahui
kecenderungan produk di pasaran nantinya sehingga mereka dapat
menentukan perencanaan strategi terhadap target produk mereka di pasar.
Benefit-benefit
yang didapatkan perusahaan dengan mengimplementasikan teknologi
informasi pada umumnya merupakan benefit yang tidak dapat diukur dengan
uang tetapi langsung dapat mendukung kinerja perusahaan. Oleh karena
banyaknya benefit yang diperoleh perusahaan baik yang dapat diukur
maupun yang tidak dapat diukur dengan uang yang secara langsung dapat
mendukung kinerja perusahaan menjadikan BCA tidak menganggap investasi
di bidang teknologi informasi ini sebagai cost center dalam perusahaan tetapi lebih menganggap investasi teknologi informasi tersebut sebagai strategic patner perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya. Implementasi di bidang teknologi informasi
ini juga menjadikan proses yang ada dalam perusahaan menjadi lebih
terkontrol.
Kesuksesan
Bank Central Asia (BCA) dalam melakukan investasi di bidang teknologi
informasi dimana dapat terlihat dari nilai aset dan jumlah pelanggannya
yang terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menjadikan bank-bank
nasional baik swasta maupun milik pemerintah yang tadinya ragu-ragu
untuk melakukan investasi di bidang teknologi informasi menjadi tertarik
untuk melakukan investasi padahal kesuksesan implementasi di bidang
teknologi informasi dalam sistem yang sama di satu perusahaan belum
tentu akan mendapatkan kesuksesan yang sama meskipun kedua perusahaan
tersebut bergerak dalam industri yang sama.
Kebutuhan
yang berbeda yang ada dalam setiap perusahaan itulah yang menjadikan
kesuksesan investasi teknologi informasi yang sukses di satu perusahaan
belum tentu sukses di perusahaan yang sejenis, hal ini dikarenakan dalam
melakukan investasi di bidang teknologi informasi tidak terletak pada
”what” melainkan lebih menekankan kepada ”how” Jadi sistem teknologi
informasi yang bisa berjalan di BCA belum tentu bisa berjalan di
bank-bank lain. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan harus punya knowledge
sendiri dan harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan itu sendiri
(Sudarmadi/Abraham Susanto, Majalah Swasembada No 24 tahun 2004).
Manfaat Investasi Teknologi Informasi
Adapun keuntungan yang didapatkan perusahaan dengan melakukan investasi di bidang teknologi informasi tersebut antara lain:
¨ Kemudahan melakukan kontrol perusahaan
Implementasi
teknologi informasi seperti ERP yang telah dilakukan oleh BCA
menjadikan sistem yang ada dalam perusahaan tersebut menjadi
terintegrasi. Kondisi ini tentu akan mempermudah perusahaan untuk
mengetahui perkembangan bisnisnya setiap saat karena data yang ada dalam
sistem tersebut adalah data yang online dan up to date
dengan demikian perusahaan akan dapat mengetahui aktivitas sehari-hari
dari tiap departemen dan kantor cabangnya. Kondisi ini tentu akan
mempermudah perusahaan dalam melakukan kontrol untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam proses bisnis, dan apabila kesalahan telah
terjadi perusahaan dapat langsung mengetahui sehingga perusahaan dapat
meminimalisasi kerugiannya.
¨ Produktivitas Meningkat
Pengimplementasian Enterprise Resource Planning (ERP) pada BCA menyebabkan kinerja
perusahaan menjadi lebih meningkat. Hal ini dikarenakan penguunaan
teknologi tersebut dapat menciptakan kecepatan dalam bekerja dan juga
memberikan tingkat akurasian yang cukup tinggi hal ini tentu akan dapat
meningkatkan peroduktivitas perusahaan karena dengan tingkat kecepatan
bekerja yang tinggi perusahaan akan memperoleh output yang lebih banyak
dalam hal ini perusahaan dengan sumber daya yang tetap akan dapat
melayani nasabahnya dalam jumlah yang lebih besar bahkan dengan
digunakannya teknologi ini perusahaan dapat mengurangi sumber dayanya
tetapi output atau banyaknya nasabah yang dilayani mengalami
peningkatan.
¨ Kemudahan dalam melakukan perencanaan strategi
Enterprise Resource Planning (ERP)
merupakan sistem yang terintegrasi sehingga semua data yang ada dalam
setiap departemen dan kantor cabang perusahaan dapat terintegrasi,
kondisi ini tentu akan mempermudah perusahaan untuk mengetahui kondisi
perusahaan secara detail sehingga informasi yang didapatkan menjadi
lebih lengkap. Informasi yang lengkap tersebut akan dapat membantu
perusahaan dalam melakukan perencanaan bisnisnya di masa yang akan
datang yang pada akhirnya informasi tersebut juga akan membantu
perusahaan dalam melakukan perencanaan strateginya.
Kesimpulan
Investasi
di bidang teknologi informasi sangat diperlukan secara mutlak bagi
perusahaan atau industry manapun meskipun dalam melakukan investasi di
bidang teknologi informasi ini perusahaan harus mengeluarkan dana yang
cukup. Hal ini dikarenakan investasi tersebut telah banyak memberikan
keuntungan bagi perusahaan yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
kinerja perusahaan untuk jangka panjang dalam menghadapi persaingan
global.
SUMBER :
www.BCA.co.id
www.klikbca.com
http://www.bca.co.id/include/download/13C_TeknologiInformasi-INA.pdf
https://klikpay.klikbca.com/login.do?action=registerDirectRequest
http://edwardsimatupang.blogspot.com/2008/01/investasi-informasi-teknologi-it-pada.html
Langganan:
Postingan (Atom)