Senin, 03 Juni 2013

sistem kliring dan pemindahan dana elektronik di Indonesia

Kliring (dari bahasa Inggris clearing) sebagai suatu istilah dalam dunia perbankan dan keuangan menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring sangat dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan guna melengkapi pelaksanaan aset transaksi. Kliring melibatkan manajemen dari paska perdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit, guna memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya. Proses kliring adalah termasuk pelaporan / pemantauan, marjin risiko, netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan perpajakan dan penanganan kegagalan.
Saat ini di Indonesia terdapat 105 penyelenggara kliring lokal, baik yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia maupun pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Transaksi yang dapat diproses melalui sistem kliring meliputi transfer debet dan transfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik warkat, baik warkat debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain) maupun warkat kredit. Khusus untuk transfer kredit, nilai transaksi yang dapat diproses melalui kliring dibatasi di bawah Rp100.000.000,00 sedangkan untuk nilai transaksi Rp100.000.000,00 ke atas harus dilakukan melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BIRTGS).
Dalam melaksanakan kegiatan kliring tersebut, digunakan 4 (empat) jenis sistem
yang berbeda yaitu :
a. Sistem Kliring Elektronik atau dikenal dengan SKEJ, digunakan di Jakarta;
b. Sistem Kliring Otomasi, digunakan di Surabaya, Medan dan Bandung;
c. Sistem Semi Otomasi Kliring Lokal atau dikenal dengan SOKL, digunakan di 33 wilayah kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan 37 wilayah kliring lainnya yang diselenggarakan oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia
d. Sistem Manual (di 31 penyelenggara Non-BI).
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan diterapkannya SKNBI pada penyelenggaraan kliring di Indonesia adalah untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran ritel serta memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring. Adapun manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya SKNBI adalah sebagai berikut :
1. Bagi Bank Indonesia
a. Efisiensi waktu dan biaya, khususnya dalam hal :
1) operasional kliring dengan ditiadakannya fisik warkat kredit;
2) maintenance aplikasi kliring dengan digunakannya sistem yang
terintegrasi di seluruh wilayah kliring.
b. Tersedianya jangkauan transfer antar bank melalui kliring yang lebih luas
dengan diakomodirnya kliring antar wilayah untuk transfer kredit.
c. Memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring
yang bersifat multilateral netting sesuai dengan Core Principles yang
dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS).
2. Bagi Bank
TUJUAN DAN MANFAAT
a. Efisiensi biaya operasional bank dalam pencetakan dan proses administrasi
warkat kredit.
b. Semakin luasnya jangkauan layanan bank kepada nasabah.
PEMINDAHAN DANA ELEKTRONIK
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di perbankan nasional relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Berbagai jenis teknologinya diantaranya meliputi Automated Teller Machine, Banking Application System, Real Time Gross Settlement System, Sistem Kliring Elektronik, dan internet banking. Bank Indonesia sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi Sistem Informasi (TSI) Perbankan untuk semua terapan teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan perbankan. Istilah lain yang lebih populer adalah Electronic Banking.
Electronic banking mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan di “garis depan” atau front end, seperti ATM dan komputerisiasi (sistem) Perbankan, dan beberapa kelompok lainnya bersifat “back end”, yaitu teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, merchant, atau penyedia jasa transaksi, misalnya electronic check conversion.
Selain itu, beberapa jenis E-banking terkait langsung dengan rekening bank. Jenis E-Banking yang tidak terkait rekening bias any berbentuk nilai moneter yang tersimpan dalam basis data atau dalam sebuah kartu (chip dalam smart card). Dengan semakin berkembangnya teknologi dan kompleksitas transaksi, berbagai jenis E-bankinf semakin sulit dibedakan karena fungsi dan fiturnya semakin terintegrasi atau mengalami konvergensi. Sebagai contoh, sebuah kartu plastik mungkin memiliki “magnetic strip”- yang bisa mengkaitkan dengan rekening bank, dan juga memiliki nilai moneter yang tersimpan dalam sebuah chip. Kadang kedua jenis kartu tersebut disebut “debit card” oleh merchant atau vendor. Beberapa gambaran umum mengenai jenis-jenis teknologi E-Banking dapat dilihat di bawah ini:
Automated teller machine (ATM). Terminal elektronik yang idsediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo, atau pemindahan dana.
Computer banking. Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar tagihan, dan lain-lain.
Debit (or check) card. Akrtu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari rekening banknya.
Direct deposit. Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap rekening nasabah.
Direct payment (also electronic bill payment). Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui transfer dana elektronik. Dana tersebut secara elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor. Direct payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal ini, nasabah harus menginisiasi setiap transaksi direct payment.
Electronic bill presentment and payment (EBPP). Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam rekening bank. Setelah penyampaian tagihan tersebut, pelanggan boleh membayar taguhan tersebut secara online juga jika berkenan. Pembayaran tersebut secara elektronik akan mengurangi saldo simpanan pelanggan tersebut.
Electronic check conversion. Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek (number rekening, jumlah transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana elektronik.
Electronic fund transfer (EFT). Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik..
Payroll card. Salah satu tipe “stored-value card” yang diterbitkan pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayaraannya pada terminal ATM atau Point of Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara elektronik.
Preauthorized debit (or automatic bill payment). Bentuk pembuayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada tanggal-tangal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu (misalnya pembayaran listrik, tagihan telpon, dll). Dana secara elektronik ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening kreditor (misalnya PLN atau PT Telkom).
Prepaid card. Salah satu tipe Stored-value card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu.
Smart card. Salah satu tipe stored-value card yang didalamnya tertanam satu atau lebih chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau melakukan proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian, verifikasi saldo rekening, dan menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa digunakan pada system terbuka (misalnya untuk pembayaran transportasi public) atau system tertutup (misalnya MasterCard atau Visa networks).
Stored-value card. Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau perusahaan lain. Untuk single-purpose stored value card, penerbit (issuer) dan penerima (acceptor) kartu adalah perusahaan yang sama dan dana pada kartu tersebut menunjukkan pembayaran di muka untuk penggunaan barang dan jasa tertentu (misalnya kartu telpon). Limited-purpose card secara umum digunakan secara terbatas pada terminal POS yang teridentifikasi sebelumnya di lokasi-lokasi tertentu (misalnya vending machines di sekolah-sekolah). Sedangkan multi-purpose card dapat digunakan pada beberapa penyedia jasa dengan kisaran yang lebih luas, misalnya kartu dengan logo MasterCard, Visa, atau logo lainnya dalam jaringan antar bank

SUMBER :
http://www.bi.go.id
http://kjksmadani.wordpress.com/2009/02/03/jenis-jenis-teknologi-e-banking/
http://ivaninternisti.wordpress.com/2011/05/31/sistem-kliring-nasional-bank-indonesia/

Jasa jasa Bank "TRANSFER"



Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer. Baik transfer uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet cabang lain mengkredit.
Merupakan jasa pengiriman uang lewat bank. Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank yang sama Pengiriman uang juga dapat atau bank yang berlainan.  dilakukan derigan tujuan dalam kota, luar kota atau luar negeri. Khusus untuk pengiriman uang keluar negeri harus melalui bank devisa. Kepada nasabah pengirim dikenakan biaya kirim yang besarnya tergantung dari bank yang bersangkutan. Pertimbangannya adalah nasabah bank yang bersangkutan (memiliki  rekening di bank yang bersangkutan) atau bukan. Kemudian juga jarak pengiriman antar bank tersebut.

1. TRANSFER KELUAR
Salah satu jenis pengiriman uang yang dapat menyederhanakan lalu lintas pembayaran adalah dengan pengiriman uang keluar. Media untuk melakukan transfer ini adalah secara tertulis ataupun melalui kawat.

Pembatalan Transfer keluar :
Bila terjadi pembatalan transfer, haruslah diperhatikan bahwa pembatalan tersebut hanya dapat dilakukan bila transfer keluar belum dibayarkan kepada si penerima uang dan untuk itu bank pemberi amanat harus memberi perintah berupa “stop payment” kepada cabang pembayaran. Pembayaran pembatalan ini baru dapat dilakukan oleh bank pemberi amanat kepada nasabah pemberi amanat hanya apabila telah diterima berita konfirmasi dari bank pembayar bahwa memang transfer dimaksud belum dibayarkan.

2. TRANSFER MASUK
Transfer masuk, dimana bank menerima amanat dari salah satu cabang untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang beneficiary. Dalam hal ini bank pembayar akan membukukan hasil transfer kepada rekening nasabah beneficiary bila ia memiliki rekening di bank pembayar. Transfer masuk tidak dikenakan lagi komisi karena si nasabah pemberi amanat telah dibebankan sejumlah komisi pada saat memberikan amanat transfer.


Pembatalan Transfer Masuk :
Jika terjadi pembatalan, pertama – tama yang harus dilakukan adalah memeriksa apakah hasil transfer telah dibayarkan kepada beneficiary. Bila ternyata belum, akan diblokir dan dibatalkan untuk kemudian dikembalikan kepada cabang pemberi amanat melalui pemindahbukuan.

Manfaat Transfer :
1.       Kelancaran transaksi perdagangan
2.       Kemudahan transaksi pembayaran
3.       Keamanan nasabah lebih terjamin
Proses Transfer
Melalui Jasa Kliring :
1.       RTGS (Real Time Gross Settlement)
2.       RTGS (Real Time Gross Settlement)merupakan pengiriman uang antar bank diseluruh indonesia secara online.
3.       SWIFT (Standard for World Wide International Finance Transfer)
4.       SWIFT (Standard for World Wide International Finance Transfer) merupakan pengiriman uang ke bank diluar negeri secara online.

Jenis-jenis transfer:
a. Berdasarkan mekanisme pelaksanaannya:
-          transfer melalui Bank Indonesia
-          transfer melalui Bank Lain
-          transfer melalui cabang Bank sendiri
b. Berdasarkan kepentingan pihak pemakai jasa:
-          transfer untuk kepentingan debitur
-          transfer untuk kepentingan non debitur
-          transfer untuk kepentingan bagian-bagian dalam Bank itu sendiri
c. Berdasarkan setoran dananya:
-          Debet rekening Giro/Tabungan/Deposito
-          Kas/tunai
-          Setoran Kliring
-          Hasil Inkaso
d. Berdasarkan media pelaksanaan transfer:
-          Dibawa sendiri/setor langsung
-          Melalui teleks/faksimile
-          Melalui ATM
e. Berdasarkan lalu-lintas dana:
-          Transfer keluar (Outgoing transfer)
-          Transfer masuk ( Incoming transfer)

Dalam mekanisme transfer ada 4 pihak yang terlibat, yaitu:
  1. Nasabah
adalah sebagai pihak pemilik/pengirim yang memberi amanah kepada Bank untuk memindahkandananya ke pihak penerima.
  1. Bank Penarik (Drawer Bank)
adalah bank pelaku transfrer yang menerima dana dan amanat dari nasabah untuk ditransfer kepihak Bank Tertarik (Drawee) yang pada akhirnya Bank Tertarik akan meyerahkan kepada penerima dana akhir.
  1.  Bank Tertarik (Drawee Bank)
adalah Bank yang menerima transfer masuk dari Bank Penarik untuk diteruskan kepadapenerima dana akhir.
  1. Penerima Dana (Beneficiary)
adalah pihak akhir yang menerima dana transfer dari Bank Tertarik.

Sumber :


 

Selasa, 16 April 2013

pengertian E-banking, SMS banking dan M-banking

E-banking adalah salah satu sektor yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi adalah perbankan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sektor perbankan nasional relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Perbankan elektronik mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan di “garis depan”, seperti ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa kelompok lainnya bersifat “garis belakang”, yaitu teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, ‘merchant, atau penyedia jasa transaksi..
contoh layanan E banking :
  • Anjungan Tunai Mandiri (Automated Teller Machine)
  • Sistem Aplikasi Perbankan (Banking Application System)
  • Sistem Penyelesaian Bruto Waktu-Nyata (Real-Time Gross Settlement System)
  •  Perbankan Daring (Internet Banking)
  • Sistem Kliring Elektronik

 Arti istilah Mobile Banking dianggap berkaitan erat dengan pengertian berikut atau disingkat dengan M-Banking. Fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone. Dengan penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang cash.
contoh layanan M banking :
  •   Transfer dana
  •  Informasi saldo, mutasi rekening, Informasi nilai tukar 
  • Pembayaran (kartu kredit, PLN, telepon, handphone, listrik, asuransi) 
  • Pembelian (pulsa isi ulang, saham)
Arti istilah SMS Banking merupakan layanan yang disediakan Bank menggunakan sarana SMS untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan , misalnya cek saldo, mutasi rekening dan sebagainya.
contoh layanan sms banking :
  • Transfer Uang/Dana
  • Cek Saldo Rekening Tabungan
  • Informasi Tagihan, Transaksi
  • Pembayaran atas Pembelian
  • Ganti PIN, dan lain lain
Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas M-Bankingnya baik berupa SIMtolkit (Menu Layanan Data) maupun sms plain (sms manual) atau dikenal dengan istilah sms banking.Untuk operator GSM sudah support untuk transaksi via mobile banking namun untuk operator CDMA masih ada yang belum mendukung layanan mobile banking.

Jumat, 22 Maret 2013

Jenis Aplikasi sistem informasi yang diterapkan pada organisasi Perbankan (BCA)

Di tengah persaingan industri perbankan yang semakin ketat, BCA Sebagai bank transaksional terus menerus memperluas ragam produknya dengan menawarkan rangkaian jasa yang sangat beragam untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik para nasabahnya. Adapun produk dan jasa dari BCA antara lain:
 
Jenis
Nama Produk dan Jasa
Simpanan
Kartu Kredit
Fasilitas Elektronik
Jasa-jasa Perbankan
Kredit
Fasilitas Ekspor-Impor
Jaminan Bank
Fasilitas mata uang asing
Rekening Tahapan, Rekening Tapres, Rekening Giro, Deposito Berjangka, dan Sertifikat Deposito
BCA Card, BCA Master Card, BCA Visa, BCA JCB
ATM BCA, Debit BCA, Tunai BCA, KlikBCA Internet banking, m-BCA mobile banking, BCA Link, Call Center
Safe Deposit Box (SDB), pengiriman uang, travelers cheques, inkaso dan kliring, mata uang asing
KPR, KKB, Kredit Modal Kerja, Kredit Sindikasi, Kredit Ekspor, Trust receipt, Kredit Invetasi
LC, negosiasi, diskonto, documentary collections, bankers acceptance
Bid bond, payment bond, advance payment bond, performance bond, and Import Duty Exemption and Refund Center
Fasilitas mata uang asing
 
Sumber : www.klikbca.com
Permasalahan
Banyaknya kantor cabang dan beragamnya produk BCA tentu membutuhkan sistem pengelolaan dan pengawasan yang baik agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan bisnis. Banyaknya kantor cabang tersebut dapat mempersulit BCA untuk mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan. Demikian halnya dengan masalah perkembangan produk yang ada dalam tiap kantor cabangnya. Padahal untuk bersaing dalam persaingan yang sangat ketat saat ini, perusahaan perlu mengetahui kondisi internal perusahaannya sehingga perusahaan dapat mengetahui posisi mereka dalam pasar yang pada akhirnya akan mempermudah perusahaan dalam pengambilan langkah selanjutnya . Salah satu cara yang diambil BCA untuk mengatasi masalah tersebut diatas adalah dengan melakukan investasi di bidang teknologi informasi dimana BCA memutuskan untuk menggunakan Enterprise Resource Planning (ERP) yang merupakan sebuah sistem yang dapat mengintegrasikan semua departemen dan kantor cabang yang dimiliki oleh perusahaan.

Aplikasi yang digunakan, antara lain :
Kegiatan pengembangan Teknologi Informasi BCA difokuskan pada aktivitas pembaharuan sistem komunikasi data untuk mendukung ekspansi jaringan ATM, modernisasi sistem aplikasi front-end untuk menunjang integrasi layanan, serta pengembangan Disaster Recovery Center untuk memastikan kelangsungan dukungan TI. 

1.      Pembaharuan Sistem Aplikasi Front-end
Untuk mendukung upaya Bank dalam memberikan layanan terintegrasi bagi
nasabah, BCA melakukan pembaharuan program pada sistem aplikasi
front-end. Dengan adanya program ini, BCA berusaha memahami kebutuhan dari
setiap nasabahnya, sehingga mampu menyediakan produk dan layanan yang
terbaik. Seluruh rancangan sistem aplikasi tersebut telah selesai dikembangkan
dan selanjutnya akan diterapkan diawali dari sistem aplikasi untuk Customer
Service Officer (CSO).
2.      Menunjang Pengembangan Bisnis Penyaluran Kredit
Untuk mendukung aktivitas pengembangan bisnis penyaluran kredit, BCA telah
menyelesaikan pengembangan Business Credit Origination System (BCOS) dan Consumer Credit Origination System (CCOS). Sistem aplikasi kredit ini
digunakan untuk mendukung standardisasi dan percepatan evaluasi kredit
komersial dan konsumer, serta proses persetujuan dan pengawasan. Dengan
kapasitas proses aplikasi kredit yang lebih besar, BCA berusaha menyalurkan
kredit kepada lebih banyak konsumen bisnis dan individu.
3.      Pembaharuan Sistem Komunikasi Data
Saat ini BCA sedang dalam tahap memperbaharui Sistem Komunikasi Data,
yaitu sistem penunjang untuk koneksi online ke dalam sistem database BCA yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan  kapanpun dan dimanapun. Pembaharuan sistem ini bertujuan untuk mengganti sistem komunikasi VSAT (satelit) dengan sistem yang lebih cepat dan andal, yaitu sistem komunikasi fiber-optic
. Tahap disain sistem dan perencanaan implementasi proyek ini telah selesai pada tahun ini, sedangkan instalasi sistem mulai dilakukan pada tahun 2006.
4.      Membangun Pusat Data Baru
BCA melakukan program Pengembangan Pusat Data (Data Center) untuk
meningkatkan kualitas penyediaan layanan kepada para nasabah. Melalui
program ini, BCA akan membangun Pusat Data baru. Sementara itu sebuah
Disaster Recovery Center di lokasi yang terpisah juga akan dibangun untuk
keperluan back-up basis data dan operasional Bank. Pada tahun 2006 BCA
akan memfokuskan pada program pengembangan rancangan sistem secara
keseluruhan yang diharapkan selesai pada akhir tahun 2006. Selanjutnya, akan
diikuti dengan proses pengembangan engineering design, pengadaan serta konstruksi, dan diharapkan dapat di mulai tahun 2007.


 
Investasi Informasi Teknologi
Bank Central Asia (BCA) nampaknya telah menyadari bahwa bank yang memiliki 795 kantor cabang, 7,9 juta rekening, dan sekitar 15000 karyawan tidak mungkin beroperasi tanpa adanya dukungan dari sistem teknologi informasi. BCA sangat meyakini bahwa investasi teknologi akan dapat membantu mereka dalam memperbaiki proses bisnis yang ada dalam perusahaan sehingga investasi di bidang teknologi informasi yang telah menghabiskan biaya yang sangat mahal bahkan bisa mencapai jutaan dollar tidak akan menjadi suatu masalah bagi perusahaan karena mereka yakin bahwa penggunaan teknologi informasi yang tepat akan dapat meningkatkan profit perusahaan di masa mendatang.
Investasi di bidang teknologi informasi yang sangat mempengaruhi proses bisnis BCA menjadi perusahaan yang lebih menguntungkan adalah investasi dalam Enterprise Resource Planning (ERP). Hal ini dikarenakan penggunaan sistem ERP dapat menurunkan biaya operasional dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Di samping menurunnya biaya operasional dan meningkatnya produktivitas perusahaan, investasi sistem yang terintegrasi ini juga memudahkan BCA dalam melihat kondisi internal perusahaan dan dalam melakukan pengendalian terhadap kantor-kantor cabang BCA yang telah tersebar di seluruh Indonesia bahkan BCA telah mempunyai perwakilan di luar negeri
Dengan terintegrasinya kantor-kantor cabang dan departemen-departemen yang ada membuat kontrol terhadap kantor cabang baik secara manajemen maupun operasional menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi informasi. Hal ini dikarenakan sistem dari teknologi informasi tersebut telah dapat mengintegrasikan data-data dari seluruh kantor cabang yang dimiliki perusahaan. Dengan sistem yang terintegrasi perusahaan juga dapat melakukan pengendalian terhadap perusahaan apabila mendapatkan informasi yang melenceng dari yang telah ditentukan. Di samping itu terintegrasinya data-data dari kantor-kantor cabang dan departemen yang ada dalam perusahaan membuat perusahaan dapat mengetahui kondisi perusahaannya setiap saat, hal ini dikarenakan data-data yang ada dalam sistem ERP tersebut online dan selalu up to date sehingga dari data yang selalu diperbaharui tersebut perusahaan akan dapat mengetahui aktivitas dan perkembangan sehari-hari dari berbagai kantor cabang yang dimiliki perusahaan.
ERP telah mengintegrasikan data-data yang ada dalam perusahaan secara akurat dan tersimpan dari tahun ke tahun, kondisi ini menjadikan perusahaan mempunyai data history yang akan sangat bermanfaat dalam melakukan forecasting untuk mengetahui perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini tentu dapat mempermudah perusahaan dalam menentukan perencanaan strategi. Jadi, investasi di bidang teknologi informasi ini diharapkan dapat mendukung bisnis perbankan dalam melakukan perencanaan strategi dan kontrol kepada kantor cabang mereka yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
Bank Central Asia (BCA) telah menyadari bahwa pemanfaatan teknologi informasi pada industri perbankan dengan kantor cabang dan nasabah dalam jumlah yang cukup banyak menjadi suatu kebutuhan mutlak. BCA merupakan perbankan swasta nasional yang paling serius dibandingkan dengan bank-bank nasional lain dalam melakukan investasi di bidang teknologi informasi. Investasi di bidang teknologi informasi ini dimaksudkan agar terjadi keakurasian, kecepatan, mutu layanan, serta keamanan yang menjadi sisi paling penting yang harus secara cermat dikelola. BCA nampaknya sudah mulai menyadari bahwa teknologi akan dapat membantu mereka dalam memperbaiki proses bisnis yang ada dalam perusahaan sehingga investasi yang cukup besar di bidang teknologi informasi tidak akan menjadi suatu masalah bagi perusahaan karena mereka yakin bahwa penggunaan teknologi informasi yang tepat akan dapat meningkatkan profit perusahaan di masa mendatang.
Untuk melakukan investasi awal di dibidang teknologi informasi, Bank Central Asia (BCA) harus mengeluarkan biaya investasi dalam jumlah yang cukup besar bahkan sampai jutaan dollar. Pada saat ini dimana sistem teknologi informasi telah bekerja sesuai prosedur, Bank Central Asia (BCA) setiap tahunnya harus mengeluarkan biaya sebesar US$ 40-50 juta dimana dana yang sangat besar tersebut digunakan untuk belanja TI (modem, computer, writer, PC, dsb) sebesar US$ 20-25 juta, angka ini belum terhitung untuk belanja mesin ATM, biaya telekomunikasi, membayar hak pakai software dan maintenance fee yang tiap tahun menghabiskan US$ 15-20 juta (Sudarmadi/Abraham Susanto, Majalah Swasembada No 24 tahun 2004). Investasi BCA dalam bidang teknologi informasi sangat dipengaruhi perkembangan nilai tukar rupiah dalam dollar, hal ini dikarenakan vendor dari sistem yang digunakan BCA merupakan vendor asing sehingga dalam penetapan pembayaran hak pakai atas software dan maintenance fee harus menggunakan kurs dollar sehingga apabila nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah maka BCA harus membayar biaya hak pakai atas software dan maintenance fee dalam jumlah yang relative lebih besar dibandingkan apabila nilai tukar rupiah terhadap dollar relative stabil.
Biaya yang dikeluarkan BCA untuk melakukan investasi di bidang teknologi informasi tidak hanya tersebut di atas, tetapi BCA harus mempersiapkan para end user yang nantinya akan menggunakan sistem teknologi tersebut. Persiapan end user tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit hal ini dikarenakan perusahaan harus melakukan pelatihan yang konsisten yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Tidak hanya itu perusahaan juga harus mengeluarkan dana untuk menggaji karyawan dalam melakukan monitoring hasil dari pelatihan yang telah diberikan perusahaan terhadap para karyawannya.
Keputusan perusahaan untuk melakukan investasi dibidang teknologi informasi tampaknya telah disadari oleh manajemen BCA untuk dapat bersaing dalam industri perbankan lainnya. Hal ini dikarenakan dalam persaingan yang sangat ketat ini perusahaan harus mempunyai competitive advantage yang dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Di samping itu jumlah kantor cabang dan nasabah yang terus mengalami peningkatan akan mempersulit BCA dalam melakukan kontrol terhadap kelangsungan bisnisnya apabila tidak menggunakan teknologi.
Bank Central Asia (BCA) telah sukses dalam implementasikan ERP yang merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Sebagai dampak dari kesuksesan implementasi ERP tersebut BCA telah mendapatkan banyak keuntungan yang dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan.
Sebagai indikasi dari banyaknya keuntungan yang didapat dari investasi di bidang teknologi informasi adalah semua transaksi yang dulu dilayani oleh teller sekarang bisa melalui fasilitas elektronik. Secara kuantitatif jumlah pelanggan produk berbasis teknologi informasi di BCA mengalami peningkatan hal ini dikarenakan pada saat ini perkembangan internet di masyarakat terus mengalami peningkatan sehingga fasilitas teknologi informasi yang disediakan BCA untuk para nasabahnya melalui pemberian layanan internet banking tampaknya membuat konsumen merasa nyaman dalam melakukan transaksi. Demikian halnya dengan produk mobile banking BCA, pelanggan dari produk ini terus mengalami peningkatan seiring perkembangan industri hand phone di Indonesia.
Investasi di bidang teknologi informasi ini juga dapat meningkatkan produktivitas perusahan dimana pada tahun 1999 jumlah pegawai BCA sebanyak 23 ribu orang, sementara pada saat ini pegawai BCA hanya sebanyak 21 ribu orang padahal jumlah transaksi yang ada di BCA mengalami peningkatan sebesar tiga kali lipat dari transaksi-transaksi sebelumnya dimana pada saat ini Bank Central Asia (BCA) melayani transksi sebanyak 3,5 juta transaksi per hari (Sudarmadi/Abraham Susanto, Majalah Swasembada No 24 tahun 2004).
Penerapan teknologi informasi yang tepat tentu akan memberi nilai tambah bagi perusahaan demikian halnya dengan Bank Central Asia (BCA). Penerapan sistem ERP telah berhasil mengintegrasikan semua kantor cabang dan semua departemen yang ada dalam perusahaan. Kondisi ini menyebabkan perusahaan akan dapat mengetahui secara akurat dan tepat mengenai proses yang sedang terjadi dalam perusahaan dan perlu waktu berapa lama lagi apabila proses tersebut belum selesai. Kondisi ini menjadikan proses yang ada dalam perusahaan menjadi lebih transparan sehingga perusahaan dapat memelihara tingkat kualitas pelayanan yang diberikan kepada para pelanggannya dengan jelas. Dengan pengintegrasian data menjadikan data-data dari kantor cabang dan departemen-departemen yang ada menjadi lebih transparan yang nantinya akan mempermudah perusahaan untuk mengetahui kondisi internal perusahaan secara keseluruhan yang selanjutnya akan mempermudah perusahaan dalam melakukan pengendalian apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terlebih pada saat ini kondisi perekonomian Indonesia masih belum stabil. Di samping mempermudah perusahaan dalam melakukan pengendalian, investasi di bidang teknologi informasi ini juga dapat memberikan kemudahan kepada perusahaan dalam melakukan forecasting karena adanya data history dalam sistem tersebut dengan demikian perusahaan akan dapat mengetahui kecenderungan produk di pasaran nantinya sehingga mereka dapat menentukan perencanaan strategi terhadap target produk mereka di pasar.
Benefit-benefit yang didapatkan perusahaan dengan mengimplementasikan teknologi informasi pada umumnya merupakan benefit yang tidak dapat diukur dengan uang tetapi langsung dapat mendukung kinerja perusahaan. Oleh karena banyaknya benefit yang diperoleh perusahaan baik yang dapat diukur maupun yang tidak dapat diukur dengan uang yang secara langsung dapat mendukung kinerja perusahaan menjadikan BCA tidak menganggap investasi di bidang teknologi informasi ini sebagai cost center dalam perusahaan tetapi lebih menganggap investasi teknologi informasi tersebut sebagai strategic patner perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Implementasi di bidang teknologi informasi ini juga menjadikan proses yang ada dalam perusahaan menjadi lebih terkontrol.
Kesuksesan Bank Central Asia (BCA) dalam melakukan investasi di bidang teknologi informasi dimana dapat terlihat dari nilai aset dan jumlah pelanggannya yang terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menjadikan bank-bank nasional baik swasta maupun milik pemerintah yang tadinya ragu-ragu untuk melakukan investasi di bidang teknologi informasi menjadi tertarik untuk melakukan investasi padahal kesuksesan implementasi di bidang teknologi informasi dalam sistem yang sama di satu perusahaan belum tentu akan mendapatkan kesuksesan yang sama meskipun kedua perusahaan tersebut bergerak dalam industri yang sama.
Kebutuhan yang berbeda yang ada dalam setiap perusahaan itulah yang menjadikan kesuksesan investasi teknologi informasi yang sukses di satu perusahaan belum tentu sukses di perusahaan yang sejenis, hal ini dikarenakan dalam melakukan investasi di bidang teknologi informasi tidak terletak pada ”what” melainkan lebih menekankan kepada ”how” Jadi sistem teknologi informasi yang bisa berjalan di BCA belum tentu bisa berjalan di bank-bank lain. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan harus punya knowledge sendiri dan harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan itu sendiri (Sudarmadi/Abraham Susanto, Majalah Swasembada No 24 tahun 2004).


Manfaat Investasi Teknologi Informasi
Adapun keuntungan yang didapatkan perusahaan dengan melakukan investasi di bidang teknologi informasi tersebut antara lain:
¨ Kemudahan melakukan kontrol perusahaan
Implementasi teknologi informasi seperti ERP yang telah dilakukan oleh BCA menjadikan sistem yang ada dalam perusahaan tersebut menjadi terintegrasi. Kondisi ini tentu akan mempermudah perusahaan untuk mengetahui perkembangan bisnisnya setiap saat karena data yang ada dalam sistem tersebut adalah data yang online dan up to date dengan demikian perusahaan akan dapat mengetahui aktivitas sehari-hari dari tiap departemen dan kantor cabangnya. Kondisi ini tentu akan mempermudah perusahaan dalam melakukan kontrol untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam proses bisnis, dan apabila kesalahan telah terjadi perusahaan dapat langsung mengetahui sehingga perusahaan dapat meminimalisasi kerugiannya.
¨ Produktivitas Meningkat
Pengimplementasian Enterprise Resource Planning (ERP) pada BCA menyebabkan kinerja perusahaan menjadi lebih meningkat. Hal ini dikarenakan penguunaan teknologi tersebut dapat menciptakan kecepatan dalam bekerja dan juga memberikan tingkat akurasian yang cukup tinggi hal ini tentu akan dapat meningkatkan peroduktivitas perusahaan karena dengan tingkat kecepatan bekerja yang tinggi perusahaan akan memperoleh output yang lebih banyak dalam hal ini perusahaan dengan sumber daya yang tetap akan dapat melayani nasabahnya dalam jumlah yang lebih besar bahkan dengan digunakannya teknologi ini perusahaan dapat mengurangi sumber dayanya tetapi output atau banyaknya nasabah yang dilayani mengalami peningkatan.
¨ Kemudahan dalam melakukan perencanaan strategi
Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan sistem yang terintegrasi sehingga semua data yang ada dalam setiap departemen dan kantor cabang perusahaan dapat terintegrasi, kondisi ini tentu akan mempermudah perusahaan untuk mengetahui kondisi perusahaan secara detail sehingga informasi yang didapatkan menjadi lebih lengkap. Informasi yang lengkap tersebut akan dapat membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan bisnisnya di masa yang akan datang yang pada akhirnya informasi tersebut juga akan membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan strateginya.


Kesimpulan
Investasi di bidang teknologi informasi sangat diperlukan secara mutlak bagi perusahaan atau industry manapun meskipun dalam melakukan investasi di bidang teknologi informasi ini perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup. Hal ini dikarenakan investasi tersebut telah banyak memberikan keuntungan bagi perusahaan yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kinerja perusahaan untuk jangka panjang dalam menghadapi persaingan global.
 
SUMBER : 
www.BCA.co.id 
www.klikbca.com
http://www.bca.co.id/include/download/13C_TeknologiInformasi-INA.pdf
https://klikpay.klikbca.com/login.do?action=registerDirectRequest 
http://edwardsimatupang.blogspot.com/2008/01/investasi-informasi-teknologi-it-pada.html